Dalam rangka menjalin sinergitas program/kegiatan untuk meningkatkan capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) penurunan Stunting, pencegahan Demam Berdarah dan mewujudkan desa Open Defecation Free (ODF) di Kabupaten Kapuas Hulu, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat mengadakan Koordinasi Lintas Sektor di Aula Gedung DPRD Kapuas Hulu Rabu (6/3)
Dalam paparannya, Kepala Dinkes Kabupaten Kapuas Hulu dr. Harisson, M. Kes menyampaikan bahwa, untuk meningkatkan SPM perlu keterlibatan semua pihak, seperti penanganan masalah demam berdarah dengue (DBD) yang diprediksi akan meledak tahun ini, kemudian masalah stunting serta desa ODF.
“Kita perlu mempersiapkan SDM generasi kita dengan baik mulai dari sekarang. Kami tidak bisa sendiri namun harus dibantu OPD lain, terutama para camat, untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang dimulai dari akselerasi gizi dan menjadikan pola hidup bersih dan sehat sebagai budaya,” tutur Harisson.
Untuk pencegahan stunting kata Harisson, bisa dilaksanakan dengan asupan gizi yang lengkap. Maka kuncinya ibu – ibu rumah tangga harus memahami, bagaimana mereka mengerti tentang gizi tersebut.
“Kondisi stunting di Kapuas Hulu terjadi karena kurangnya pengetahuan pada masa ibu hamil, kurang asupan ASI eksklusif, kurang makanan bergizi, kurang PHBS dan lainnya yang berubungan dengan kesehatan,” tuturnya.
Upaya penanganan yang dilakukan pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan yakni dengan intervensi gizi untuk ibu menyusui dan balita. Oleh karenanya Harisson mengharapkan agar keterlibatan masyarakat dalam kesehatan ibu dan anak harus lebih proaktif. Termasuk peran suami itu sendiri dalam mendampingi istri dalam kelas ibu hamil.
Sementara untuk penanganan kasus DBD yang bakal diprediksi meledak tahun ini, Harisson juga meminta peran aktif masyarakat dalam melakukan pencegahan dilingkungan masing – masing.
“Seperti menyingkirkan tempat – tempat yang memungkinkan nyamuk berkembang biak. Kasus DBD tertinggi sebelumnya yakni di daerah padat pemukiman penduduk, seperti Putussibau Utara dan Selatan, kemudian Badau, Mentebah dan Kecmatan Kalis. Ini perhatian kita semua,” pinta Harisson.
Dijelaskan Harisson, bahwa nyamuk DBD tidak akan bersentuhan langsung dengan genangan air di tanah. Namun lebih dominan pada tempat penampungan air, sampah plastic, botol – botol aqua, pot dan tempat lainnya yang memungkinkan untuk nyamuk berkembangbiak.
“Upaya yang dilakukan dari semua tingkatan harus bergerak secara sinergi dalam penanggulangan DBD ini, serta berkesinambungan dengan pemberantasan sarang nyamuk, karena untuk fogging tidak efektif,” kata dia.
Sedangkan upaya menuju desa ODF, atau tidak membuang air besar di sungai, Harisson mengapresiasi sejumlah desa dibeberapa kecamatan yang telah komitmen mendeklarasikan untuk menggunakan jamban sehat. “Seperti di Kecamatan Hulu Gurung itu desa sudah 100 persen mau menuju ODF. Jamban sehat semi permanen sudah cukup,” ungkap Harisson.
Dikatakannya, jika desa itu belum ODF, tentu akan berpengaruh banyak terhadap kesehatan masyarakat. Makanya perlu diperhatikan dari sekarang agar masyarakat desa bisa membuat jambatn sehat tersebut.
“Kami telah berupaya dan memastikan santitasi yang layak, kemudian pengelolaan sampah rumah tangga. Jadi saya berharap camat berperan aktif membantu kami dalam penangnan sanitasi ini,” pungkas Harisson.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Kapuas Hulu AM Nasir mengapresiasi atas upaya maksimal kinerja Dinkes dalam penanganan masalah kesehatan diwilayah tersebut. Karena terbukti program/kegiatan yang ada sudah berjalan sebagaimana mestinya. “Peningkatan SPM masalah kesehatan ini kita perlu membangun koordinasi dengan lintas sector,” tutur Nasir.
Nasir menjelaskan, dari pertemuan tersebut juga ada penandatanganan komitmen bersama seluruh OPD terkait dalam menanggulangi permasalahan Stunting, DBD, ODF serta meningkatkan SPM. “Dalam komitmen tersebut ada point-point sasaran yang harus mereka (OPD) capai, itu nanti akan kita evaluasi sejauh apa sasaran tersebut bisa dicapai," tegas Bupati.
Berbicara SPM, kata Bupati, hal itu tidak lepas dari kemauan dan kesabaran setiap orang dalam berlaku hidup sehat. Untuk wujudkan ini perlu program pembangunan yang sistematis dan terarah. “Program tidak perlu banyak yang penting terarah dan terlaksana maksimal,” tegasnya.
Kemudian tentang Stunting, kata Bupati, program perunan stunting sudah digencarkan sejak tahun 2014. Program ini sangat penting agar kedepan generasi muda di Kapuas Hulu memiliki tumbuh kembang yang baik. “Ini tujuannya agar generasi kedepan tidak stunting. Maka anak-anak perlu keseimbangan asupan, pola makan minum dan aktifitasnya,” pesan Bupati.
Berikutnya permasalahan DBD, kata Bupati masalah ini memang ada sirkulasi dalam beberapa tahun. Apabila sudah masanya ada yang sampai kejadian luar biasa. “DBD ini memang tidak bisa hilang sejak dulu, tapi kita harus tetap berupaya menekannya. Masyarakat harus digencarkan menjaga lingkungan, terutama dari jentik nyamuh,” ucapnya.
Kemudian tetang program ODF, kata Bupati, para camat dan pemerintahan desa harus bantu selesaikannya. Masyarakat secara perlahan harus diarahkan agar tidak lagi BAB di jamban. "Ini sebetulnya bagian dari kehidupan yang tidak perlu terus-terusan jadi permasalahan, warga dapat mencontoh yang sudah baik,” tuntas AM Nasir.
Pada akhir kegiatan, Bupati AM Nasir memberikan penghargaan kepada Puskesmas yang telah melakukan pelayanan medis dengan baik. Termasuk rumah sakit yang sudah mendapat akreditasi utama. Adapun pukesmas yang mendapat penghargaan pelayanan terbaik adalah puskesmas Empanang, Badau dan Mentebah. Sedangkan yang mendapat penghargaan karena telah memperoleh akreditasi utama, yaitu Puskesmas Putussibau Utara, Puskesmas Embaloh Hilir dan RSUD dr. Achmad Diponegoro Putussibau. Hadir dalam kegiatan tersebut para camat, kepala OPD dilingkungan Pemkab Kapuas Hulu. (*)