Jika anda pernah bepergian ke daerah terdampak Corona.
Harap segera melapor dengan meng-klik tombol ini !.
LAPOR
DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK
DAN KELUARGA BERENCANA
KABUPATEN KAPUAS HULU
 
Dinkes PP dan KB Adakan In House Training Maternal Neonatal Untuk Dokter Puskesmas
Putussibau, Kamis 03 Nov 2022

 

PUTUSSIBAU - Peningkatan kapasitas strategis tenaga kesehatan dalam pelayanan kesehatan Ibu dan bayi Baru Lahir adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelyanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta dalam rangka percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes PP dan KB) Kabupaten Kapuas Hulu H. Sudarso, S.Pd.,MM ketika membuka kegiatan In House Training Maternal Neonatal Bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tahun 2022 yang diselenggarakan di Aula Dinas Kesehatan PP dan KB pada 27 Oktober 2022.

Kegiatan yang dijadwalkan selama tiga hari tersebut dengan melibatkan 13 orang dokter Puskesmas di Kabupaten Kapuas Hulu.

Adapun kegiatan in house training atau pelatihan dengan metode peserta berlatih dengan cara mempraktekkan / magang di fasilitas kesehatan yang di sepakati untuk mencapai kompetisi ketrampilan klinis (skill). Peningkatan kapasitas dalam pelayanan kesehatan maternal neonatal, dapat berupa OJT USG Obstetri dasar dan terbatas bagi dokter, kemudian OJT tatalaksana penyebab kematian ibu dan bayi terbanyak.

Lebih lanjut Kadinkes PP dan KB Kabupaten Kapuas Hulu menambahkan, Output kegiatan ini secara langsung adalah untuk indikator kinerja kegiatan “ Jumlah Kabupaten/kota yang menyelenggarakan In House Training maternal neonatal bagi tenaga kesehatan di Puskesmas” Indikator kinerja kegiatan adalah untuk mendukung pencapaian indicator RPJMN 2020-2024 serta percepatan penurunan AKI dan AKN.

Disampaikan H. Sudarso bahwa, masalah kesehatan ibu, anak dan pencegahan penularan penyakit menular masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional bidang kesehatan. 

"Angka Kematian Neonatal (AKN) masih tinggi di Indonesia. Hasil SDKI 2017 menyebutkan AKN adalah 15/1.000 KH dengan target 2024 adalah 10/1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) 24/1.000 KH dengan target 2024 adalah 16/1.000 KH, Sedangkan target 2030 secara global untuk AKI adalah 70/100.000 KH, AKB mencapai 12/1.000 KH dan AKN 7/1.000 KH," papar Sudarso.

Adapun strategi pencapaian penurunan AKI dan AKB adalah melalui peningkatan akses pelayanan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, peningkatan pemberdayaan masyarakat dan penguatan tata kelola, dengan salah satu upaya terobosan adalah dengan penetapan kabupaten/kota lokus penurunan AKI dan AKB yang diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan, dan akan dilaksanakan secara bertahap.

"Sebagai salah satu intervensi adalah pentingnya peningkatan kapasitas dokter dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi. Salah satu pendekatan yang banyak digunakan adalah pendekatan safe motherhood, dimana terdapat empat pilar dalam menurunkan angka kematian ibu, yaitu keluarga berencana, pemeriksaan kehamilan sesuai standard, persalinan bersih dan aman, serta PONED dan PONEK," ungkap Sudarso.

Ditambahkannya, dalam perjalanan kehamilan seorang ibu, dokter memiliki peran yang sangat penting, terutama dalam skrining faktor resiko pada ibu hamil dan menangani kegawatdaruratan pada ibu hamil dan bayi baru lahir.

"Dalam pelayanan antenatal, peran dokter diharapkan dapat ditingkatkan dengan ditambahnya jumlah kunjungan antenatal dari sebelumnya minimal 4 x menjadi minimal 6 x dimana saat 2 x pemeriksaan dilakukan oleh dokter," kata Sudarso.

Untuk itu dalam menunjang pemeriksaan antenatal tersebut untuk dapat mendeteksi faktor resiko kehamilan dan sebagai persiapan persalinan yang aman, untuk indikasi tertentu diperlukan pemeriksaan USG oleh dokter. 

"Untuk dapat meningkatkan ketrampilan dokter dalam menggunakan USG, diperlukan pelatihan terus-menerus. Demikian juga untuk dapat menurunkan kematian ibu dan bayi, diperlukan suatu tatalaksana yang tepat dalam kasus-kasus penyebab kematian ibu dan bayi terbanyak. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu in house training dalam kesehatan maternal dan neonatal bagi tenaga kesehatan di Puskesmas," pungkas Sudarso. (*)